Selasa, 04 Juni 2013

Makalah Seminar Nasional, Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta

Hubungan antara Pembelajaran Musik Barat 
Terhadap Eksistensi Musik Etnis Indonesia 
Sebagai Karakter Bangsa

I.                   Pendahuluan


“Bhineka Tunggal Ika[1]. Ini merupakan motto dari bangsa Indonesia yang berarti berbeda-beda tetapi satu jua. Motto ini menggambarkan bahwa bangsa Indonesia memiliki keragaman suku, agama, adat istiadat, bahasa dan budaya. Keragaman inilah yang menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berkarakter. Keragaman budaya inipun tidak mudah untuk disatukan karena tentunya memiliki ciri khas yang berbeda. Salah satu cara untuk menyatukan keragaman budaya dari masing-masing etnis/suku ini yaitu melalui seni, karena seni merupakan salah satu unsur budaya manusia, sehingga seni menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Seni juga merupakan kegiatan rohani manusia yang merefleksikan kenyataan (realitas), kedalam suatu karya, yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman dalam batin individu sebagai penerimanya. Salah satu cabang seni adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan memiliki peranan penting dalam menyatukan keanekaragaman budaya bangsa. Misalnya ceritera rakyat yang diolah menjadi suatu karya seni teater, tarian adat, nyanyian tradisional, dan musik tradisional setiap daerah dapat dikemas dalam pertunjukan agar dipahamami, dihargai, dan dilestarikan.
Masing-masing cabang dari seni pertunjukan ini mempelajari hal yang berbeda, misalnya teater belajar tentang seni peran, menciptakan ataupun memainkan peran dengan tepat sesuai cerita/skenario, etnomusikologi yang mempelajari tentang musik Nusantara, dan seni musik yang mempelajari tentang musik Barat (dunia).
 Tak dapat dipungkiri bahwa musik Barat telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak jaman penjajahan. Ini berarti, sebelum adanya penjajahan Portugis, Jepang dan yang terlama adalah Belanda, kebudayaan masing-masing daerah masih bersifat primitif yaitu adanya unsur magic yang bertujuan untuk ritual kepercayaan animisme[2] dan dinasmisme[3] serta sebagai kekuatan mereka yang digunakan untuk penyembahan berhala, penyembuhan orang sakit, menyihir musuh dan berburu binatang. Sejak jaman penjajahan Belanda musik Barat digunakan untuk kebutuhan protokoler dan juga penyebaran  agama Katolik di daerah Timur Indonesia. Untuk kegiatan protokoler misalnya dengan memainkan lagu-lagu Belanda apabila ada tamu penting yang berkunjung. Misalnya pada keraton Yogyakarta saat pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII yang diiringi oleh Kraton Orcest Djogja (R.M. Surtihadi, 2008: 25). Sedangkan untuk kegiatan keagamaan para misionaris mengajarkan musik Barat dalam Tata Perayaan Ekaristi misalnya, Xaverier Jesuit seorang misionaris Jesuit yang mengajarkan masyarakat di Maluku tentang upacara-upacara cahaya lilin dan musik ritual gereja (Wicki, 1976; 147). Masyarakat Indonesia telah belajar mengenal musik Barat sejak jaman penjajahan, dan saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Nyanyian Negriku merupakan suatu karya musik yang diciptakan oleh Bapak Singgih Sanjaya. Lagu-lagu daerah yang bermacam-macam dari setiap daerah digabungkan berupa medle lagu-lagu daerah. Lagu-lagu medle daerah tersebut dinyanyikan oleh paduan suara dan dimainkan oleh orkestra degan kolaborasi musik etnis.

II.       Tujuan Penyajian
a.    Tujuan dari penyanjian:
1.   Untuk memberi pengetahuan dan bukti bahwa melalui musik barat dapat diciptakannya suatu ide baru dalam pengembangan musik daerah Indonesia.
2.   Untuk memberikan inspirasi bagi mahasiswa musik, agar pengetahuan tentang musik barat, dapat dikembangkan dengan mengarap kesenian daerah Indonesia.
3.   Untuk memberi gagasan bagaimana menerima musik barat dalam mengembangan musik etnis Indonesia.

III.    Pembahasan
1.                Musik Barat
Musik Barat berasal dari Eropa Barat. Belajar  musik Barat berarti sama dengan mempelajari kebudayaan Eropa Barat, namun saat ini dapat dikatakan bahwa musik Barat telah menjadi musik dunia. Hal ini memang terlihat jelas bahwa musik Barat telah mendunia dan kini menjadi musik dunia. Terbukti bahwa teori-teori dasar musik seperti ilmu harmoni, ilmu kotrapung, instrumen (alat musik) misalnya piano, biola, cello, begitupun dengan notasi musik yaitu notasi balok, dapat kita temukan di negara-negara yang berbeda. Bahkan lagu-lagu yang diciptakan oleh komposer pada era Barok (Johan Sebastian Bach), Klasik (Frans Joseph Haydn dan Wolfgang Amandeus Mozart ), Romantik (Frans Joseph Haydn, Ludwig Von Bethoven, Franz Peter Schubert, Francois Fredrick Chopin), bahkan komposer musik abad ke- 20 (Claude Achille Debussy, Maurice Ravel) dapat dinikmati dan didengar di seluruh dunia.
Musik Barat yang identik dengan musik yang sangat disiplin, memerlukan totalitas dalam berlatih, mengajarkan tegang rasa, toleransi, dan menghargai. Musik yang dapat membantu seseorang dalam menumbuhkan kepercayaan diri, melatih otak kanan dan kiri, instrumenya dapat digunakan sebagai terapi bayi yang diyakini dalam dunia psikologi misalnya instrument musik klasik yang digunakan Ibu saat masa kandungan. Berlatih musik Barat secara tidak langsung menyamakan mentalitas Barat terhadap mentalitas Indonesia yang identik kurang disiplin. Pendapat dari Sutan  Takdir Alisjahbana yang mengemukakan bahwa otak Indonesia harus diasah menyamai otak Barat, kita mesti selekas-selekasnya memperoleh sifat dinamis Barat yang melahirkan kebudayaan barat yang dinamis (Budiono Kusumohamidjojo, 2000: 128). Musik Barat yang adalah budaya Barat ini dapat dipelajari untuk mengembangkan pengetahuan, melatih kedIsiplinan yang akhirnya dapat menciptakan suatu karakter pribadi individu yang baik.

2.                Musik Etnis Indonesia
Musik etnis merupakan kekayaan seni budaya Indonesia. Ciri khas musik etnis terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat. Musik etnis Indonesia berkaitan erat kehidupan tradisional masyarakat Indonesia. Dibanyak tempat musik lahir dan berkembang dari kegiatan sehari-sehari masyarakatnya, contoh:
1. Musik angklung dari Jawa Barat, semula alat musik ini digunakan sebagai alat tabuh tradisional ronda malam dan pada saat pesta panen atau perkawinan.
2. Musik Gondang dari Tapanuli, biasa dipakai dalam upacara-upacara masyarakat Batak.
3. Musik Lesung (kotekan) di beberapa daerah di Indonesia biasa dimainkan saat menumbuk padi.
4. Musik gamelan dari Jawa dan Bali. Musik gamelan di Jawa pada  mulanya di pakai dalam upacara-upacara kerajaan didalam istana, sementara di bali musik ini hanya dipakai dalam upacara-upacara umat Hindu seperti upacara siklus kehidupan manusia.
5. Musik Gong luang dari Bali. Musik bersifat sakral dan umumnya dipakai untuk mengiringi upacara kematian.
6. Musik sasando dari Rote. Sasando merupakan alat musik yang dibuat dari daun lontar yang banyak terdapat di daerah Rote. Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi tarian, upacara adat masyarakat Rote.
   Keenam alat musik ini merupakan sebagian kecil contoh alat musik yang menghiasi musik etnis Indonesia. Masih banyak pula alat-alat musik tradisional lainnya yang ada di Indonesia, misalnya Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau[4].                         
Karakter bangsa adalah kualitas untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, bermoral, bergotong royong, serta berbudaya. Pembangunan karakter bangsa adalah upaya kolektif sistematika suatu negara untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan konteks kehidupan nasional, yaitu bangsa yang beradab, mencintai dan menghargai kebudayaanya.
Dari pengertian karakter bangsa di atas kita dapat melihat bahwa musik merupakan bagian dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan bagian dari kerakter suatu bangsa. Oleh sebab itu musik etnis juga merupakan bagian dari karakter bangsa , karena musik etnis memberi  suatu khasan yang berbeda dengan bangsa lain.


3.      Gagasan Menerima Musik Barat dalam Mengembangan Musik Etnis Indonesia.
Amir Pasaribu, seorang komposer dan pengamat musik Indonesia, pada tahun 1955 menulis :kita tidak menolak ide musik nasional, tetapi kita juga harus mengevaluasi subyek secara profesioanal. Satu ide yang dianjurkan adalah bahwa musik Indonesia harus diwakili dengan keroncong dan gamelan yang menjadi karakter dan identitas Indonesia. Penyelesaiannya terletak pada kreasi musik, bukan pada kata-kata suram para musisi dan sarjana budaya (Pasaribu, 1955: 77).
Pendapat dari Amir Pasaribu ini menekankan bahwa bagaimana kita menerima musik barat untuk menambah kekayaan pengetahuan dalam mengembangkan musik tradisional/ Indonesia. Fakta bahwa saat ini masih terjadi salah pandang terhadap musik Barat yang sudah masuk Indonesia sejak jaman penjajahan Portugis. Banyak berpendapat bahwa musik Barat merusak kasanah musik tradisi. Jelas dalam sejarah bahwa apa yang kita punyai saat ini semuanya tidak terlepas dari campur tangan penjajah. Misalnya musik keroncong yang kita miliki saat ini merupakan gagasan dan ide yang keluar saat Indonesia di jajah oleh Portugis. Bisa kita bayangkan andai kita tidak kedatangan orang portugis, saat ini kita tidak memiliki musik keroncong.  Ini berarti bahwa kita tidak perlu lagi mempersoalkan kehadiran musik Barat, tidak perlu memandang bahwa kehadiran musik Barat melunturkan keberadaan musik tradisi Indonesia. Seharusnya kita memanfaatkan pengetahuan, alat-alat musik Barat yang ada untuk mengembangkan seni musik tradisi. Misalnya bagaimana mengkolaborasikan musik Barat dengan musik tradisi yang digarap dengan teori-teori barat agar menarik untuk di pertunjukan.
Hal Ini dapat membantu pelestarian ataupun mengangkat musik tradisi ke kanca Internasional. Seni musik tradisi dan musik Barat apabila dikolaborasikan dapat memberi warna yang berbeda dan memberi kesan tersendiri. Memang diakui bahwa musik Barat adalah kebudayaan Barat, namun mereka hanya dibatasi dengan apa yang mereka punya. Berbeda dengan Indonesia, jika bisa mengabungkan musik Barat dan musik tradisi yang ada saat ini, justru akan sangat berbeda dengan musik Barat yang diperkenalkan oeh penjajah saat jaman penjajahan hingga saat ini.


4.           Menerapkan pembelajaran Musik Barat dalam Mengembangkan Musik Etnis Indonesia.
Add caption

Penerapan pembelajaran musik barat yang diperoleh, dapat diterapkan melalui hal-hal senderhana dan kecil, yang dapat kita lakukan secara bersama yaitu;
1.      Mengangkat kebudayaan setiap suku dan etnis yang hampir dilupakan.
2.   Membuat komposisi baru dari karakter nada-nada yang ada untuk dimainkan menggunakan alat musik Barat dan musik etnis.
3.  Mengaransemen lagu-lagu, musik daerah yang sudah ada agar menjadi menarik sebagai awal membentuk rasa cinta kita terhadap lagu-lagu dan musik daerah.
4.      Dengan memiliki pengetahuan dan kemampauan menulis partitur, dapat menulis lagu-lagu etnis yang belum memiliki notasi agar dapat dipelajari dan dinikmati serta dipelajari oleh genarasi berikut.

IV.             Kesimpulan
Dari uraian di atas diperoleh gambaran untuk memberi kesimpulan bahwa musik barat dipelajari dalam sekolah formal memliki hubungan erat dengan eksitensi/ keberadaan musik etnis yang merupakan kekayaan dan sebagai karakter bangsa yang dapat membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.


 
· Karakter bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kebudayaan salah satunya musik etnis.
·     Musik Barat sebagai pengetahuan lebih untuk mengembagkan. megolah atau mengarap musik etnis Indonesia.
·  Musik etnis Indonesia, merupakan salah satu kekayaan yang dimilki bangasa Indonesia sehingga merupakan karakter bangsa.
· Hasil pembelajaran musik Barat dapat diterapkan dalam pengembangkan musik etnis. Dengan usaha ini eksistensi/ keberadaan budaya (musik etnis) Indonesia tetap terjaga.

Contoh Video. http://www.youtube.com/watch?v=v2blPNVsAa8&feature=em-upload_owner
Video Gita Bahana Indonesia, salah satu contoh pengarapan karya kolaborasi musik barat dengan musik etnis Indonesia oleh bapak Singgih Sanjaya.


Daftar Pustaka

Bramantyo, Triyono. 2004. Desiminasi Musik Barat di Timur.Yayasan ADIKARYA IKAPI; Yogyakarta
Mack, Dieter.1995. Sejarah Music 3. Pusat Musi Liturgi; Yogyakarta
Prier, Edmund, Karl. 2008. Sejarah Musik II . Pusat Musi Liturgi; Yogyakarta.
  Surtihadi, R,M.2008. Celah-celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik Tiga  Zaman. Panta Rhei Books; Yogyakarta.
Sumber lain:
hptp///History/1990248-sejarah-seni-musik-di-indonesia, di akses tanggal 6   Desember       2011 pukul 22.00 WIB)

[1] "Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Jawa Kuna berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu
[2] Kata animisme berasal dari bahasa latin, yaitu anima yang berarti 'roh'. Kepercayaan kepada makhluk halus dan roh. karena membantu mereka dalam kehidupan ini.
[3] DinamismE berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos, sedangkan dalam bahasa Inggris berarti dynamic dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan arti kekuatan, daya, atau kekuasaan. Definisi dari dinamisme memiliki arti tentang kepercayaan terhadap benda  di sekitar manusia yang diyakini memiliki kekuatan ghaib.
[4] ( history/1990248-sejarah-seni-musik-di-indonesia, di akses tanggal 6 Mei 2012 pukul 22.00 WIB)                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar